Udang Udang - Lagu propaganda Korea Utara (Korut) yang memuja Kim Jong Un telah dilarang tayang di Korea Selatan (Korsel) melalui platform TikTok. Pemerintah Seoul melarang penyebaran lagu tersebut karena dianggap sebagai bagian dari perang psikologis yang dilancarkan oleh Korut. Dilansir dari NBC pada Jumat, 24 Mei 2024, regulator media Korsel mengumumkan bahwa mereka telah memblokir akses terhadap lagu berjudul 'Friendly Father' ini.
Konten Lagu dan Video Musik
Lagu 'Friendly Father' menggambarkan Kim Jong Un sebagai pemimpin yang hebat dan sosok yang ramah. Video musiknya menunjukkan warga Pyongyang yang antusias menyanyikan lagu tersebut, mencerminkan dukungan penuh semangat dari berbagai lapisan masyarakat Korea Utara. Lagu ini pertama kali dirilis pada 17 April 2024, dan segera tayang di Korean Central Television, stasiun televisi yang dikendalikan oleh pemerintah Korut.
Tujuan Peluncuran Lagu
Lagu dan video musik Friendly Father diduga dirilis sebagai bagian dari upaya pemerintah Korut untuk memperkuat posisi Kim Jong Un sebagai pemimpin yang dicintai rakyatnya. Peluncuran tersebut ditandai dengan pertunjukan yang diiringi oleh orkestra dan disiarkan di televisi pemerintah. Acara ini juga bertepatan dengan peresmian pembangunan 10.000 rumah baru, yang menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam menyediakan perumahan bagi warganya.
Upaya Perkuat Kultus Kepribadian
Peluncuran lagu ini dianggap sebagai bagian dari propaganda pemerintah Korut untuk memperkuat kultus kepribadian Kim Jong Un. Kim tiba di upacara tersebut dengan limusin lapis baja, yang diyakini sebagai hadiah dari Presiden Rusia, Vladimir Putin. Video musik tersebut juga diduga mengalami editan profesional untuk memperlihatkan warga yang tampak bahagia dan puas.
Para analis menilai bahwa langkah-langkah ini merupakan upaya untuk menciptakan dan menghidupkan kembali kultus kepemimpinan di sekitar Kim Jong Un, yang keluarganya telah memerintah Korut sejak negara itu didirikan pada tahun 1948.
Perubahan Nama Hari Libur Nasional
Peluncuran lagu 'Friendly Father' ini juga diiringi oleh perubahan nama hari libur nasional oleh media pemerintah Korut. Sebelumnya, hari libur yang merayakan kelahiran pendiri negara, Kim Il Sung, dikenal sebagai "Hari Matahari". Namun, media pemerintah mulai menyebutnya sebagai "hari libur April" yang lebih netral. Perubahan ini menimbulkan spekulasi bahwa pemerintah Korut sedang berusaha mengalihkan fokus dari pendiri negara kepada Kim Jong Un sebagai pemimpin utama.
Reaksi dari Korea Selatan
Pemerintah Korea Selatan merespon peluncuran lagu ini dengan memblokir akses terhadap konten tersebut di TikTok. Regulator media Korsel menyatakan bahwa tindakan ini diambil untuk melindungi warga Korsel dari propaganda yang dapat mempengaruhi pikiran dan opini mereka. Langkah ini juga mencerminkan ketegangan yang terus berlangsung antara Korea Selatan dan Korea Utara, terutama terkait dengan upaya propaganda dan perang psikologis yang sering dilancarkan oleh Korut.
Dampak Propaganda
Propaganda seperti lagu 'Friendly Father' merupakan bagian dari strategi Korut untuk mengukuhkan kepemimpinan Kim Jong Un dan menggalang dukungan dari rakyatnya. Dengan menggunakan media sosial seperti TikTok, pemerintah Korut berusaha menjangkau audiens yang lebih luas, termasuk generasi muda yang aktif di platform tersebut. Namun, tindakan pemerintah Korea Selatan untuk memblokir akses terhadap lagu ini menunjukkan bahwa upaya tersebut tidak selalu berhasil dan sering kali menghadapi perlawanan dari negara-negara yang menjadi sasaran propaganda.
Baca Juga : Kerjasama Maritim Malaysia-Jepang: Upaya Menanggapi Ketegangan di Laut China Selatan
Lagu 'Friendly Father' merupakan alat propaganda yang digunakan oleh pemerintah Korea Utara untuk memperkuat posisi Kim Jong Un sebagai pemimpin yang dicintai rakyatnya. Peluncuran lagu ini diiringi dengan berbagai upaya untuk menciptakan citra positif Kim Jong Un, termasuk perubahan nama hari libur nasional dan penggunaan media sosial untuk menyebarkan pesan propaganda. Namun, tindakan pemerintah Korea Selatan untuk memblokir akses terhadap konten tersebut menunjukkan bahwa propaganda semacam ini tidak selalu efektif dan sering kali menghadapi perlawanan dari pihak-pihak yang merasa terancam oleh pesan yang disampaikan. Cari tahu juga informasi menarik dan terupdate lainnya di Warkop Sore
Social Header