Breaking News

Fenomena Suhu Panas di Indonesia : Peralihan Musim Hujan ke Kemarau

 

 

Udang Udang - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengklarifikasi bahwa cuaca panas yang belakangan ini melanda Indonesia bukanlah hasil dari gelombang panas atau heat wave. Meskipun beberapa negara di Asia sedang dilanda gelombang panas, kondisi panas di Indonesia tidak dapat disamakan dengan fenomena tersebut. Dalam keterangan resminya di Jakarta, Dwikorita menjelaskan bahwa kondisi cuaca panas yang terjadi di Indonesia lebih disebabkan oleh pemanasan permukaan daripada oleh gelombang panas.

1. Pemanasan Permukaan sebagai Pemicu Utama Cuaca Panas

Menurut penjelasan Dwikorita, kondisi maritim di sekitar Indonesia, dengan lautan yang hangat dan topografi pegunungan, mengakibatkan peningkatan gerakan udara. Hal ini menyebabkan terjadinya suhu panas yang tidak dikategorikan sebagai gelombang panas. Fenomena ini lebih disebabkan oleh pemanasan permukaan, yang turut dipengaruhi oleh berkurangnya pembentukan awan dan curah hujan.

Dalam periode peralihan musim hujan ke musim kemarau, karakteristik cuaca di Indonesia menjadi semakin ekstrem. Pagi hari cerah diikuti dengan siang yang terik, dengan pertumbuhan awan yang cepat dan peningkatan suhu udara. Namun, pada siang menjelang sore atau sore menjelang malam, hujan sering kali turun, mendinginkan suhu udara. Bahkan pada malam hari, udara masih terasa gerah jika langit masih tertutup awan dan kelembaban udara relatif tinggi.

2. Wilayah yang Memasuki Musim Kemarau

Deputi Bidang Klimatologi, Ardhasena Sopaheluwakan, mencatat beberapa wilayah di Indonesia yang telah memasuki musim kemarau. Termasuk di antaranya sebagian wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau bagian utara, serta sebagian wilayah Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. Meskipun demikian, sebagian besar wilayah Indonesia masih berada dalam periode musim hujan.

Menurut pantauan BMKG, hingga awal Mei 2024, hanya sekitar 8 persen wilayah Indonesia yang telah memasuki musim kemarau. Namun, dalam satu bulan ke depan, diperkirakan beberapa wilayah lainnya akan mengalami musim kemarau, termasuk sebagian Nusa Tenggara, Jawa, Sumatera, Sulawesi Selatan, Maluku, serta Papua bagian timur dan selatan.

3. Gelombang Panas di Asia: Faktor Penyebab dan Dampaknya

Gelombang panas juga melanda sejumlah negara di Asia, termasuk Vietnam dan Filipina. Menurut Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim, Fachri Radjab, gelombang panas ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, gerakan semu matahari yang berada di atas lintang 10 derajat Lintang Utara pada akhir April dan awal Mei, menyebabkan penyinaran matahari yang sangat terik.

Faktor kedua adalah anomali iklim El Nino 2023/2024. Saat terjadi El Nino, wilayah Asia Tenggara mengalami anomali suhu hingga mencapai 2 derajat di atas normal pada periode Maret-April-Mei. Faktor ketiga adalah pemanasan global yang menyebabkan suhu udara terus meningkat dari tahun ke tahun. Kombinasi ketiga faktor ini mengakibatkan suhu udara di wilayah Asia Tenggara menjadi sangat ekstrem pada bulan April-Mei.

Meskipun demikian, diharapkan situasi tersebut tidak berdampak serius di Indonesia.

Baca Juga : 8 Kawah Menakjubkan di Indonesia yang Layak Kamu Kunjungi

Kesimpulan

Peralihan musim hujan ke musim kemarau di Indonesia memengaruhi kondisi cuaca, dengan suhu udara yang cenderung meningkat dan terasa lebih panas. Namun, perbedaan dengan gelombang panas terletak pada penyebabnya, di mana kondisi panas di Indonesia lebih dipengaruhi oleh pemanasan permukaan daripada oleh faktor-faktor eksternal seperti gerakan semu matahari dan anomali iklim El Nino. Meskipun demikian, fenomena gelombang panas di Asia tetap memperlihatkan kompleksitas perubahan iklim global yang perlu diwaspadai dan ditangani secara serius. Cari tahu juga informasi menarik dan terupdate lainnya di Ruang FYP


© Copyright 2022 - Udang - Udang | Forum Berita Update Terkini