Breaking News

Banjir Melanda Demak, Lebih dari 25 Ribu Warga Terpaksa Mengungsi



Udang Udang - Banjir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, semakin meluas dengan dampak yang merugikan. Saat ini, sebanyak 13 kecamatan dan 90 desa di wilayah tersebut telah terendam banjir. Akibatnya, puluhan ribu warga terpaksa mengungsi untuk menyelamatkan diri.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Demak, Agus Nugroho, menyatakan bahwa Kecamatan   Karanganyar merupakan salah satu wilayah yang paling terdampak parah oleh banjir ini. Tinggi air di kecamatan tersebut bahkan mencapai dua hingga tiga meter, memaksa seluruh penduduknya untuk mengungsi.

Banjir Demak 

"Banjir semakin meluas dan tingginya semakin bertambah, sekarang sudah mencakup 12 hingga hampir 13 kecamatan. Kemarin, jumlah kecamatan yang terdampak banjir hanya 11, dan sekarang sudah mencapai 90 desa," ujar Agus saat menghadiri rapat koordinasi penanganan banjir di kantor Gubernur Jawa Tengah, pada hari Selasa (20/3).

"Total jumlah warga yang terdampak mencapai 97 ribu orang, dengan lebih dari 25 ribu di antaranya mengungsi, baik di Kudus maupun Demak," tambahnya.

Agus menjelaskan bahwa banjir demak kali ini merupakan yang terparah sepanjang sejarah, bahkan lebih buruk daripada banjir yang terjadi pada tahun 1992. Meskipun pada tahun tersebut ia juga mengungsi, namun kondisinya tidak seburuk banjir saat ini.

"Ini yang paling parah. Pada tahun 1992, meskipun saya juga mengungsi, kondisinya tidak separah ini. Banjir seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya di Indonesia. Bahkan, kita sudah tiga kali menyatakan keadaan darurat," jelasnya.

Baca Juga : Panduan Sukses Berjualan di Facebook Marketplace

Penyebab Banjir Demak 

Agus juga menyebutkan bahwa ada tujuh tanggul yang jebol, yang memperparah situasi banjir saat ini. Selain itu, kerusakan lingkungan di wilayah hulu seperti Ungaran, Boyolali, dan Salatiga juga menjadi penyebab banjir di Demak semakin parah.

"Demak ini memiliki kondisi unik, di mana banjir terjadi tanpa disertai hujan atau angin. Seharusnya, kita mendapatkan perlakuan yang lebih baik ketika lingkungan hulu dalam keadaan baik. Namun, kerusakan lingkungan di wilayah atas, seperti penebangan hutan dan pembangunan vila dan hotel, telah merusak DAS kita," paparnya.

"Kami berada di bawah aliran dari Salatiga, Ungaran, Grobogan, Boyolali, hingga Blora, yang semuanya mengalir menuju wilayah kami," tambah Agus.

Ia sendiri tidak dapat memperkirakan kapan banjir besar ini akan surut, mengingat tanggul-tanggul sungai yang jebol hingga saat ini belum dapat diperbaiki.

"Kami belum bisa memastikan kapan banjir ini akan surut, karena tanggul-tanggul tersebut masih belum diperbaiki," tutup Agus.

© Copyright 2022 - Udang - Udang | Forum Berita Update Terkini